Senin, 02 November 2009

Telpon Malam Minggu

(Cerpen)
Tadi malam sekitar 11.30 malam handphoneku berbunyi. Ku angkat, tapi diseberang sana lansung mematikannya. Kesal karena menjadi bahan olokan orang yang aku tidak tahu siapa, ku miscall balik dengan handpone lainnya.

Tidak beda dengan aku yang tadinya kena kerjai, ia lansung mengirim aku sms: "Ini siapa ya?"
Aku miscall balik dia dengan handpone yang pertama. Awalnya niat hanya untuk mendengarkan suara dan mencoba menebak-nebak orang tersebut apakah ia seseorang yang aku kenal..

"Hallo, Lena ya ? Aku Ridho. Aku dapat nomer kamu dari teman kamu cirri-cirinya berambut keriting," ujar suara diseberang.

Niat yang tadinya hanya ingin mendengarkan suara laki-atau perempuan berubah menjadi penasaran. Ku timbang-timbang apakah akan kumatikan saja telpon ini.

"Aku diberi tahu temanmu itu katanya kamu asyik diajak ngobrol. Sejauh ini memang asyik sih, secara kamu yang nelpon aku," ujarnya enteng.

Huh..brengsek juga nih orang pikirku. "Kamu ada urusan apa nelpon malam-malam gini ? kayak kurang kerjaan banget," ujarku mulai gusar.

"Bukan kurang kerjaan. Tetapi aku ingin membuktikan yang dibilang temanku itu. Aku ingin kenalan dengan kamu. Kamu anak sekolah mana sih?"


"Kamu dibohongi temanmu tu, aku bukan anak sekolah. Aku sudah berkeluarga, dan aku bukan Lena," ujarku.

"I know u lie to me. Oh..come on...say..where are u school.. n how old u?"

Sesaat aku mendengar pembicaraan diantara mereka yang mengatakan aku kelahiran 1995, dan saat ini tinggal dengan saudara di kota metropolitan ini. Hm, sepertinya seseorang yang diajaknya berbicara itu sedikit mengenaliku. Tapi, untuk usia dia sepertinya asal nebak.

"Hey..i say to you. I'm not a student, i a wife and have a child. U are wrong number OK! Now..i want to sleep.. and i don't want to introduce my self to you. good.."

Tiba-tiba ucapanku lansung dipotong oleh suara lainnya.

"Hey Lena, kok belum tidur jam segini ? habis malam mingguan ya?"

"Kamu salah sambung, aku bukan lena!!" Ku coba untuk menegaskan bahwa mereka salah orang.

"Nevi bagaimana kabarnya? sudah lama aku nggak jumpa dia, dia satu sekolah sama kamukan?" suara itu semakin mendesakku untuk mengaku.

"Kalian kok mulai nggak sopan ya. ini sudah malam, dan aku harus tidur. selamat malam!" Tanpa mengindahkan suara mereka yang tengah kasak kusuk diseberang sana untuk tidak menutup telpon terlebih dahulu.

Ku hempaskan tubuhku di tempat tidur dan mencoba memejamkan mata sejenak. Tetapi sayangnya mata yang tadi ngantuk hilang seketika. Apakah ini karena telpon sialan itu? Siapa yang begitu usil mengerjai aku tengah malam begini. Benar-benar kurang kerjaan tuh orang. Tapi, sepertinya dia tahu siapa aku. Ah,, sudahlah..aku harus tidur. Esok masih banyak tugas yang harus aku kerjakan. Tapi, mata ini tak bisa tertutup. Kuraih tas dan mengeluarkan berkas-berkas mading (majalah dinding) yang dikirimkan teman-teman minggu ini dan pastinya akan kami bahas esok sebelum diterbitkan. Sebelum itu, aku harus kembali mencek dan menyiapkan laporan apa yang akan dijadikan headline minggu ini.

Hm...puisi dan karikatur yang masuk minggu ini cukup menarik, tetapi cerpen juga tak kalah menarik. Aku harus menyiapkan argumen atas pilihanku menetapkan hedaline mading esok.

Ku buka laptop dan mulai menulis kata pengantar untuk mading. Lumayan lancar ide-ide yang ku keluarkan. Baru sebahagian menulis, handponeku kembali berdering. Sesaat ku biarkan. Ku timbang-timbang, apakah aku harus mengangkatnya?

Setelah agak lama, ku putuskan untuk mengangkat telpon orang iseng yang membuat penasaran itu.

"Halo, ada apa lagi?" Kembali ku tamengi diri dengan ketusnya kata-kata yang ku keluarkan.

"Kok belum tidur len?"

"Ada orang gila yang dari tadi mengganggu tidur malamku, jadinya aku nggak bisa tidur sekarang!" ujarku.

"Benar-benar tu orang, masa jam tidur Lena yang cantik ini diganggunya. Bilangin sama aku, siapa orangnya!" ujar suara yang mulai ngegombal tetapi...oh shiiit..aku benci harus mengakuinya, aku menyukainya, tepatnya mulai menyukainya.

"Iya nih, dasar orang gila.. udah tau malam, malah nelpon orang..mengganggu jam tidur aja!" ujarku.

"Kabengetan tuh orang, kasi aku nomer telponnya biar kumarahin dia!"

Nih anak, meski mengganggu unik juga, bisa menghibur, membuat cerah otakku yang lagi mumet.

"Lena sekolah dimana sih? Pasti orangnya cantik, rambutnya panjang, pirang.. dan asyik diajak ngobrol," dia kembali merayuku.

"Asbak kamu..asal tebak!" ujarku.

"Aku bilangin, aku bukan Lena, tapi Bunga!" aku kembali mencoba berbohong.

"Bunga apa? bunga citra lestari?"

"Bunga taik ayam!!" ujarku kembali ketus.

Terdengar tawa cekikikan diseberang sana.

"Masa tai ayam sih, kan bau...enakan bunga citra lestari,,kan cantik.."

"Iya cantik, tapi udah istri orang, mang kamu mau?"

"Ya enggak sih, buat apa istri orang, aku maunya kamu...!!"

"Yee..."

"Lena, ayo dong, kamu sekolah dimana?"

"Aku bukan lena, aku Bunga!"

"Bunga yang sering di koran-koran itu ya? Yang kalau ada berita pencabulan, sebut saja namanya bunga, yang itu?"

"Nah lo,,..katauan, suka baca berita pencabulan, jangan-jangan pelakunya nih!!"

"Naudzubillah minzalik...amit-amit Len, masa aku disamain ama pelaku pencabulan, aku masih ingat Allah Len, masih waras aku!"

"Hehehehe..kirain..." spontan aku tertawa mendengar dia diseberang sana yang mulai kelabakan dan hm..sepertinya anak ini lumayan baik.

"Kamu lagi kerja ya?"

Sepertinya dia lumayan peka dan mendengarkan aktifitasku. Karena memang aku telpon-telponan dengannya sambil mengetik sesuatu di laptop mungilku.

"Nggak, cuma main game aja!" jawabku.

Karena memang aku sedang main game di facebook.

"Oh ya, alamat fb kamu apa sih?" tanyanya.

"FB? apa tuh FB? sejenis makanan apa?" tanyaku pura-pura tidak tahu.

"Itulo, yang terbuat dari ketan dan diberi campuran kelapa muda dan gula.."

"Ngomongin makanan, aku jadi lapar nih..!!"

"Lapar ya..yuk cari makan keluar yuk...!" ajaknya.

"Emang aku drakula yang nyari makan tengah malam gini," jawabku.

"Samapun nggak papa....kalo kamu drakula,..aku mau jadi mangsanya..!"

"Itumah enak di elu..nggak enak di aku..!"

"Lha..emangnya kenapa..akukan udah baik mau nyerahin darahku buat menyambung hidup kamu!!"

"Ya iyalah, darahmu bau pete, secara aku alergi pete..!!"

"Enak aja, aku juga nggak suka pete, sukanya jengkol ama pete...hehheheh.." dia tertawa renyah.

"Ngomong drakula, kamu dah nonton twilight belum?" tanyanya setelah puas tertawa.

"Manknya kenapa? kalau belum kenapa? kalau sudah kenapa?"

"Kalau belum,...aku mau sih ngajak kamu nontonnya, sayangnya udah nggak diputar lagi di bioskop. Tapi bisa kok kubantuin nyari CD-nya, tapi kalo bukunya aku bisa pinjamin...malahan udah bukunya yang kedua lo.."

"Mank apa sih bagusnya film itu? paling juga mempromosikan hantu lagi...hari gini hantu dipromosiin," ujarku pura-pura nggak tau.

Padahal udah nonton filmnya tuh, malahan udah dua kali.

"Eh, bagus lo filmnya, nggak syerem, tapi romantis gitu, ku jamin kamu suka deh! apalagi kalau baca novelnya, lebih seru lagi,"..

Hm..nih cowok emang beda..sangat jarangkan cowok suka baca buku.. dan yang penting kayaknya dia sabar. Dari tadi di ajak ngomong mutar-mutar bahkan diketusin tetap aja pantang nyerah, benar-benar keras kepala. Hari gini, jarangkan ada cowok yang seperti dia.!!

"Lena, kamu dah tidur ya? Eeeeh dia tidur., kunyannyiin lagu nina bobok ya..!" ujarnya karena tak kunjung mendengar suaraku.

Sengaja ku diamkan diri untuk membikin dia keki. Tetapi, ternyata dia lebih gila lagi..bahkan sampai menyanyikan lagi nina bobok untukku. Karena aku tak kunjung bersuara, dia ku dengar menghela nafas panjang.

"Oke, ternyata kamu benar-benar udah tidur. Semoga mimpi indah, dan besok bisa beraktivitas lagi. Selamat malam Lena, senang ngobrol sama kamu," ujarnya lembut.

"Cacingan deh lo..di cuekin ya..!!" sesaat setelah dia berujar, aku lansung mengejutkannya.

"Gitu ya,..ngerjain aku !"

"Hehehe..siapa suruh nelpon malam-malam gini...kayak hantu..gangguin orang tidur aja," balasku seolah tersungut-sungut.

"Habis, murahnya jam segini. Kalau jam seginikan enak, bisa nelpon kamu ampe pagi," ujarnya sembari tertawa.

"Enak dikamu nggak enak di aku..akunya nggak tidur-tidur nih...kamu ribut terus dikupingku. Suara cemprengmu itu memekakkan telingaku tau...!!"

"Tetapi sukakan?" dia mencoba merayuku.

"Suka dari hongkong, bikin aku mau muntah ia...hueek.."

"Kok telat mau muntahnya...harusnya pas aku nyayi tadi dong," dia nggak mau kalah.

"Dari tadi udah mual, masih ku tahan, karena kamu ke geeran dan kepedean, makanya mualku semakin menjadi," ujarku.

"Lena, kamu ada acara nggak besok, ketemuan yuk, suda lama kita tidak bertemu" suara yang satu lagi berbicara denganku.

"Pede sekali kamu kalau aku mau bertemu sama kamu," jawabku sembari mengingat-ingat suara siapa yang berbicara. Sayangnya aku sangat sulit menemukan suara siapa diseberang itu.

"Bukannya pede, apa salahnya kita ketemu. Secara kita suda lama tida bertemu. Ya kan?" ujarnya.

"Aku saja nggak tau siapa kamu ? malah ngajakin aku ketemu. Jangan-jangan kamu om-om penasaran yang ingin menculik remaja dengan modus janjian ketemu atau jalan-jalan..hiii sereem," ujarku.

"Enak aja..ntar lo liat deh siapa aku," ujarnya.

"Gua nggak mau..lo mau apa? Gimana gue mo percaya ama lo, kalau niat lo aja nggak jelas gini. Nelpon malam-malam lagi.." jawabku cuek.

"Ya itu, lo liat aja ntar siapa aku. Kalau lo benar-benar nggak kenal aku, lo bisa tinggalin akukan..toh kita juga bakal ketemu di tempat rame, bukan tempat sepi. Kalau gua macam-macam lo bisa teriak, ya kan? " ujarnya.

Benar juga sih apa yang dikatakannya. Ah, tapi aku nggak ada waktu. Lagian, nggak penting banget sih aku ketemu dia.

"Yang namanya orang jahat, niat jahat, tetap aja punya seribu satu cara untuk menaklukan mangsanya," jawabku kembali sengit. Sesungguhnya ini trikku untuk mengetahui siapa dia. Aku masih sangat penasaran dengan cowok ini.

"Iksan, ini gimana?" suara temannya yang satu lagi berbicara memanggil temannya yang sedang berbicara denganku.

Oh my god, iksan.. yang biasanya memanggil dirinya iksankan...ooww..dari tadi aku dikerjain sama si gila yang satu ini. Pantesan dia tau aku dan dengan siapa aku tinggal. Hm, suaranya sudah berubah. Mungkin karena perubahan usia, suaranya jadi berubah.

"Hey lena, kok diam ? udah tidur ya?"

"Lo kok masih manggil aku Lena sih? aku itu Bunga, bukan Lena!" ujarku.

"Oke deh, Bunga, mau tidur jam berapa?"

"Ini juga udah mau tidur, kamu aja ngeganggu dari tadi. Aku mau istirahat tau," ujarku.

"Oh ya udah, mau ku bacain buku cerita biar kamu tertidur?" Nih anak mulai ngelunjak.

"Yang perlu kamu bacain buku cerita bukan aku, anakku aja, tetapi ntar, kalau dia bangun," jawabku.

"Anak kakakmu ya? usia berapa?"

"Kok anak kakaku, anaku. Kan aku dah bilang aku sudah punya anak," aku ngotot.

"Ya anak kakakmu," jawabnya.

"Ye..dibilangin. Aku udah menikah, namaku bunga, dan sudah punya anak. Kamu itu dari tadi salah sambung," suaraku lebih keras dari sebelumnya. Hup, dan sebuah ide melintas di kepalaku. Kuraih handponeku yang satu lagi dan cepat-cepat memutar rekaman video tangisan Rasti, anak kakaku waktu direkam masih berusia satu bulan.

"Tuh kan anakku menangis, kamu sih ngajakin ribut," ujarku pura-pura marah sembari terus mendekatkan handpone ditanganku ke handpone yang satu lagi.

"Hah, gila lo, kayaknya kita benaran salah sambung, ada suara anak bayi nangis, beneran tau," ku dengar suara mereka berbicara diseberang sana.

"Anak kakaknya kali, nggak mungkinlah dia udah punya anak, dia seumuran kita kok!" ku dengar iksan lebih tepatnya Mamad, Muhammad Iksan meyakinkan temannya.

Sementara aku pura-pura menidurkan 'anakku' yang terbangun sembari menahan tawa yang benar-benar akan meledak dari mulutku. Telepon ku matikan, dan aku tertawa sepuasnya dikamarku sampai-sampai kakaku dikamar sebelah menggedor-gedor dinding.

"Ngapain sih lo malam-malam gini tertawa kayak orang kesurupan gitu," ujarnya.

Tanpa babibu, aku lansung menceritakan kejadian yang sesungguhnya kepada kakakku yang kebetulan memang mengenal Mamad. Karena Mamad, teman SMP ku dulu itu memang sering bermain kerumah dan membuat Peer bersama dirumahku dengan beberapa teman-teman lainnya. Tetapi saat tamat SMP, dia melanjutkan ke SMK I Batam, sedangkan aku ke SMA 1 Batam. Diapun tertawa mendengarkan ceritaku yang menjadikan rekaman tangis si cantik Rasti sebagai anaku. Puas tertawa terpingkal-pingkal bersamaku, iapun menyuruhku untuk tidur, karena sudah larut.

"Udah sana, tidur, udah mau jam dua nih, ribut aja," ujarnya sembari ngeloyor dari kamarku.

Aku menuruti ucapan kakak ke tigaku itu. Tetap saja mata ini tak bisa diajak kompromi untuk tidur. Meskipun kamar sudah gelap, rasanya kamar diterangi belasan ribu wat lampu, dan mata tidak bisa dipejamkan.

Kuraih handponeku dan menulis sms. 'Habis pulsa ya, katanya pulsanya banyak bisa sampai pagi' sebutku. Tak berapa lama, handponekupun berbunyi. Aku kembali di telpon.

"Ku kira pulsamu udah habis," sebutku.

"Enak aja, masih banyak nih, orang kaya," jawabnya bercanda.

"Kayak monyet!" seruku.

"Disini monyet disana demen ama monnyet ya kan?"

"Please deh. BTW, jam segini dua monyet kok masih ngumpul ya, patut dicurigai nih. Awas ya, ntar kalau ayam tetangga hilang pasti kalian yang ngambil," tuduhku.

"Enak aja, nih lagi di dalam kamar nih, lagi facebookan, sambil main game," ujarnya.

"Main game apa main game, jangan jangan liat yang nggap benar,"

"Ya enggak lah, tadi kita habis ngisntal sofware baru, trus nyoba-nyoba programnya, bagus juga, akhirnya main game deh," ujarnya.

"Mamad tadi mana? bisa kasi telpon ke dia nggak?"

"Ngomong aja, dia dengar kok, volumenya besar, dia dengar tuh," ujarnya.

"Eh..brengsek lo, kok lo ngakuin nama gua sih?"

"Ups, sorry bro, gua lupa, tapi dia dah nebak," ku dengar mereka berdua saling marah karena penyamarannya sudah diketahui. Heheheh..Lena dilawan!!

"Ya Len, mamad speaking," ujarnya.

"Apa kabar lo? Gitu ya, nggak ada kabar berita, lebaranpun nggak ada main-main kerumah. Pacaran aja terus, nggak ingat lagi teman," tuduhku.

"Nggak kok, aku ikut ekskul, jadi jarang main-main, kalau ada waktu luangpun biasanya aku dirumah aja. Oh ya, yang tadi itu anak kakakmu yang jago Kempo itu ya?"

"Nggak, itu anakku," jawabku.

"Ya anakmu, anak kakakmu, kan anakmu juga," dia nggak mau kalah.

"Lena, i love u," tiba-tiba suara teman Mamad menimpali. "I Miss You, i love you," suara itu semakin menjadi-jadi membuat aku geli.

Ah, benar-benar sedeng nih anak. Akupun mematikan sambungan dan menarik selimutku. Tidur!!
****


Batam, 01 November 2009