Kamis, 13 Desember 2012

Ze, morning


“Iya, iya, bentar, gue masih belum bangun nih,” ujar Azzimuth Esca ke arah intercom yang sengaja disambungkan ke tempat tidurnya. Di luar tampak Avi dengan tampang.. dingin.
Azzimuth, alias Ze hanya nyengir kuda. Dia pasti akan dilabrak gadis itu. Mengingat Avi gadis yang penuh semangat. Meletup-letup bila sudah emosi. Dan, eh, pipinya akan merah merona. Hahahha…
“Pagi bener bangunnya. Waktu kapan itu, aku masih dengar ada janji yang katanya hari ini akan tidur hingga siang. Ini masih pukul 8 pagi,” ujar Ze dengan wajah dibuat-buat malas. Emang lagi malas.
“Udah? Gue mau masuk!” Avi mulai nggak sabaran. Dia menerobos pintu yang tadinya masih dibuka sebagian kecil oleh Ze.
“Argght..” terdengar pekikan nyaring yang membuat Ze tersentak. Pintu tertutup dengan cepat, dan ia langsung menghambur ke sisi Avi, kemudian menutup mulut gadis itu.
“Lu pikir ini apartemen lu? Teriakan lu bakal didengar tetangga gue. Mereka bakal mengira gue ngapa-ngapain lu lagi,” ujar Ze dengan wajah kusut. Masih membekap mulut Avi.
Avi memicingkan matanya, dia mengap-mengap. Sadar akan perbuatannya yang mungkin saja bisa menghilangkan nyawa Avi, Ze melepaskan bekapan tangannya dari wajah gadis itu.
Ups.. ada yang salah dengan gadis itu, kenapa wajahnya begitu.. merah, seperti kepiting rebus. Lhoh.. kok makin lama matanya makin mendelik? Menyeramkan. Dan.. Plak!! Tangan lentik gadis itu mendarat di bahunya. Avi memalingkan wajah ke pintu dan berlari ke luar.
Ze terpaku. Apa yang terjadi? Harusnya ia mendapatkan cacian dan makian. Bukan hanya sekali pukulan. Bukankah tadi malam ia telah mengacaukan rencana gadis itu untuk memulai perburuan suami? Kenapa hanya sekali pukulan?
Ze berjalan ke tempat tidur. Duduk di kasur empuknya. Sembari mengitari pandangan ke seluruh ruangan. Tidak terlalu acak-acakan. Memang ada pakaian yang dipakainya tadi malam di atas kursi. Tapi masih cukup teratur le…tak..nya, Ze melirik ke bagian bawah tubuhnya. Oh… SHIIT…WHATSSS THE HELLLL…
Oh no, pasti Avi telah menyaksikannya. Tidak ada yang lebih konyol dari semua ini. Dia masih mengenakan boxer pendek, tipis, mencetak sesuatu di bagian bawah tubuhnya. Sesuatu! Ze nyengir, dan berlalu ke kamar mandi. Dia harus menenangkan gadis itu. *** 

Avi, Morning


Ini mimpi buruk! Tidak ada yang lebih buruk dari semua ini. Ze harus bertanggung jawab. Semua ide gila ini dari dia.
Avi masih termangu di atas tempat tidurnya. Rambutnya kusut, make up yang disapukannya sebelum pesta tadi malam sudah hilang sebagian, tersisa hanya eye shadow, maskara dan lipstik tipis. Ohoo.. dia masih mengenakan baju pestanya. Sangat di luar kebiasaan gadis yang begitu teratur, rajin perawatan wajah menjelang tidur.
Gadis yang benar-benar kasihan.
“Ooooh.. stop.. aku tak ingin dikasihani. Aku harus menyelesaikan semua ini. Dan Ze, aku akan menghancurkan hidupmu. Seperti kau telah menghancurkan hidupku, Ze…!!” pekik Avi, kemudian beranjak dari tempat tidurnya, meluncur ke kamar mandi.
Untung saja pekikan itu tidak terdengar ke luar. Apartemennya dilengkapi peredam suara.
Di bawah shower, tanpa membuka pakaian, semua ia basahi. Seperti ingin menghanyutkan seluruh kesialan yang didapatkannya di pesta tadi malam. Itu pestanya. Pesta ulang tahun ke 27 miliknya. Dan, semua itu telah dihancurkan sahabatnya sendiri, orang yang selama 9 tahun terakhir telah menjadi sahabat dan teman berbaginya.
Tak lebih dari 20 menit sejak mandi, hingga berganti pakaian, kemudian make up serba tipis. Waktu yang cukup cepat. Di sambarnya flat shoes, dan segera dikuncinya pintu apartemen. Dia turun ke lantai dua, tidak lain apartemen Ze, si brengsek itu. Dia akan membuat perhitungan pagi ini.
***