“Iya, iya, bentar, gue masih belum bangun nih,”
ujar Azzimuth Esca ke arah intercom yang sengaja disambungkan ke tempat
tidurnya. Di luar tampak Avi dengan tampang.. dingin.
Azzimuth, alias Ze hanya nyengir kuda. Dia pasti
akan dilabrak gadis itu. Mengingat Avi gadis yang penuh semangat. Meletup-letup
bila sudah emosi. Dan, eh, pipinya akan merah merona. Hahahha…
“Pagi bener bangunnya. Waktu kapan itu, aku masih
dengar ada janji yang katanya hari ini akan tidur hingga siang. Ini masih pukul
8 pagi,” ujar Ze dengan wajah dibuat-buat malas. Emang lagi malas.
“Udah? Gue mau masuk!” Avi mulai nggak sabaran. Dia
menerobos pintu yang tadinya masih dibuka sebagian kecil oleh Ze.
“Argght..” terdengar pekikan nyaring yang membuat
Ze tersentak. Pintu tertutup dengan cepat, dan ia langsung menghambur ke sisi
Avi, kemudian menutup mulut gadis itu.
“Lu pikir ini apartemen lu? Teriakan lu bakal
didengar tetangga gue. Mereka bakal mengira gue ngapa-ngapain lu lagi,” ujar Ze
dengan wajah kusut. Masih membekap mulut Avi.
Avi memicingkan matanya, dia mengap-mengap. Sadar
akan perbuatannya yang mungkin saja bisa menghilangkan nyawa Avi, Ze melepaskan
bekapan tangannya dari wajah gadis itu.
Ups.. ada yang salah dengan gadis itu, kenapa
wajahnya begitu.. merah, seperti kepiting rebus. Lhoh.. kok makin lama matanya
makin mendelik? Menyeramkan. Dan.. Plak!! Tangan lentik gadis itu mendarat di
bahunya. Avi memalingkan wajah ke pintu dan berlari ke luar.
Ze terpaku. Apa yang terjadi? Harusnya ia
mendapatkan cacian dan makian. Bukan hanya sekali pukulan. Bukankah tadi malam
ia telah mengacaukan rencana gadis itu untuk memulai perburuan suami? Kenapa hanya
sekali pukulan?
Ze berjalan ke tempat tidur. Duduk di kasur
empuknya. Sembari mengitari pandangan ke seluruh ruangan. Tidak terlalu
acak-acakan. Memang ada pakaian yang dipakainya tadi malam di atas kursi. Tapi
masih cukup teratur le…tak..nya, Ze melirik ke bagian bawah tubuhnya. Oh…
SHIIT…WHATSSS THE HELLLL…
Oh no, pasti Avi telah menyaksikannya. Tidak ada
yang lebih konyol dari semua ini. Dia masih mengenakan boxer pendek, tipis,
mencetak sesuatu di bagian bawah tubuhnya. Sesuatu! Ze nyengir, dan berlalu ke
kamar mandi. Dia harus menenangkan gadis itu. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar